Halaman

Monday, October 24, 2016

TOURING KE GUNUNG BUNDeR (KAWAH RATU) KABUPATEN BOGOR



Kali ini saya akan menceritakan perjalanan touring pertama saya setelah vakum selama 23 tahun. Saat itu saya masih bujangan dan touring terakhir dilakukan menggunakan Vespa P150S keluaran tahun 1980.
Keinginan touring ini muncul kembali setelah lebarah Idul Fitri 1437 H (2016), ditambah lagi dengan tanpa sengaja saat browsing internet saya menemukan blog MOTOBIKERS.COM asuhan om Steven Langitan, di blog tersebut banyak diceritakan kisah om Steven selama melakukan solo touring.
Oke mendingan kita mulai ceritanya. Pada tanggal 21 Agustus 2016, bersepakatlah kami 4 orang untuk melakukan touring singkat (one day trip). Rombongan terdiri dari bro Ilyas (Bosowa Hyosung Carion 125 cc), bro Anwar (Honda MegaPro 150cc), bro Gatot (Kawasaki Ninja Z250) dan saya sendiri (KLX 150L).
Kira-kira pukul 08.30 pagi rombongan bertolak dari depan rumah saya Pesona Pamulang menuju gunung Bunder dengan menujua arah parung. Dari Pesona Pamulang kami mengambil jalan Curug kemudian terus menuju Parung. Setelah melewati pasar parung kami lurus terus beberapa kilometer kedepan. Dari jalan raya Parung – Bogor kami memotong jalan belok kanan memasuki Perumahan Telaga Kahuripan. Jalanan cukup sepi dan lebar, ditengahnya ada pembatas jalan. Kondisi jalan cukup lebar tetapi sedikit bergelombang. Jalan seperti ini enak sekali untuk melaju dengan santai sambil melepas kepenatan berkendara di kepadatan lalu lintas ibu kota.   



                                                          Suasana jalan Telaga Kahuripan



Selepas Telaga Kahuripan kami belok kanan melalui jalan dengan aspal hotmix yang kondisinya sedikit berlobang. Perjalanan terus mengarah sampai bertemu pertigaan dan kami belok kiri. Disini jalanan didominasi jalan beton tetapi banyak tanggul. Karena saya menggunakan motor dual sport, tanggul tidak menjadi masalah bagi saya. Kecepatan jelajah diatur oleh leader dengan kecepatan maksimum 60 km/jam. Pada pertigaan selanjutnya kami belok kanan menuju arah Ciampea, rute jalan mulai menanjak. Jalan terus berliku-liku menanjak sampai di pasar Ciampea. Pasar macet total sehingga kami berbalik arah dan mencari jalan alternative. Leader sudah cukup hafal jalanan sekitar Ciampea, akhirnya kami bisa melewati kemacetan dengan cara memutar kea rah kanan pasar.
Setelah sekian lama melewati jalan yang menanjak dan berliku-liku khas pegunungan akhirnya kami sampai di Gerbang utama Gunung Bunder. Salah seorang rekan (bro Anwar) melakukan pembayaran kolektif. Dari gerbang kami terus berkendara melewati jalan aspal rusak berlubang, menanjak dan berbelok. Kiri kanan jalan ditumbuhi oleh pohon Pinus, udara dingin dan sejuk.
Selang 10 menit menanjak sampailah kami di sebuah warung dan kami memarkirkan kendaraan di warung tersebut sekitar pukul 10.30, berarti perjalan kami dari rumah memakan waktu sekitar 2 jam untuk jarak 50 km. Alangkah santainya kami hehe… Posisi warung berada di sebelah kiri jalan. Warung dilengkapi dengan tiga buah saung bambu, yang lantai saung ditinggikan dekitar 50 cm dari tanah dan dialasi dengan karpet beludru warna biru. Langsung kami beristirahat sejenak sambil minum kopi dan mulai sharing foto-foto selama perjalanan.




Puas berbagi foto dan mengobrol, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju kawah Ratu. Sebelum berangkat kami membeli perlengkapan untuk bekal di atas berupa beberapa buah roti dan gorengan. Perjalan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju pos registrasi.

                                                      Berpose sebelum hiking menuju kawah Ratu


Saya tidak membawa perlengkapan hiking karena saat berangkat dari rumah saya tidak mengetahui bahwa perjalanan akan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju kawah Ratu. Pendakian ke kawah Ratu adalah pendakian yang mengejutkan bagi saya karena selama ini saya belum pernah naik gunung. Akhirnya saya ikut dengan rombongan menuju pos registrasi.

 

erjalanan menuju pos registrasi bias dicapai sekitar 5 menit dengan berjalan santai.

                                                       Berpose di gerbang Pos Pasir Reungit

 Setelah melapor dan membayar uang masuk yang dibayar kolektif oleh pak Anwar kami memulai pendakian melewati jalan berbatu yang disusun rapih dan di kiri kanannya dipagari dengan bamboo yang dicat warna merah putih karena masih terkait momen perayaan HUT Kemerdekaan RI ke 71.

Kami melewati jalur pendakian sekitar ½ jam, kalau diberi skala 1 sampai 3 menuju puncak kami masih berada pada posisi 1. Berhubung kurang persiapan maka pada pukul 12.30 diputuskan untuk kembali turun, kemudian mampir untuk melakukan shalat Dzuhur dan berendam sejenak sambil menetralkan nafas yang ngos-ngosan.



                                                                            Mulai mendaki






 
Ceria

 Lagi asik mandi gerimispun turun, kami buru-buru menutupi barang barang dan mengenakan jas hujan yang sudah dipersiapkan di ransel kami masing-masing. Cuaca di gunung bisa berubah kapan saja, hal ini sudah kami antisipasi dengan jas hujan di dalam ransel masing-masing. Perjalanan kembali dilanjutkan sambil ditemani hujan. Karena trek menjadi licin salah seorang teman kami pak Ilyas terjatuh. Syukurlah tidak ada cidera.

Sekitar pulul 14.00 kami sampai kembali di warung posko awal, disitu kita makan siang sambil beristirahat. Setelah merasa cukup beristirahat, saatnya melanjutkan perjalanan pulang menuju Pesona Pamulang. Perjalanan pulang ditemani hujan gerimis.

Popular Posts