Kali ini saya akan menceritakan
perjalanan touring pertama saya setelah vakum selama 23 tahun. Saat itu saya
masih bujangan dan touring terakhir dilakukan menggunakan Vespa P150S keluaran
tahun 1980.
Keinginan touring ini muncul
kembali setelah lebarah Idul Fitri 1437 H (2016), ditambah lagi dengan tanpa
sengaja saat browsing internet saya menemukan blog MOTOBIKERS.COM asuhan om
Steven Langitan, di blog tersebut banyak diceritakan kisah om Steven selama
melakukan solo touring.
Oke mendingan kita mulai
ceritanya. Pada tanggal 21 Agustus 2016, bersepakatlah kami 4 orang untuk
melakukan touring singkat (one day trip). Rombongan terdiri dari bro Ilyas
(Bosowa Hyosung Carion 125 cc), bro Anwar (Honda MegaPro 150cc), bro Gatot
(Kawasaki Ninja Z250) dan saya sendiri (KLX 150L).
Kira-kira pukul 08.30 pagi
rombongan bertolak dari depan rumah saya Pesona Pamulang menuju gunung Bunder
dengan menujua arah parung. Dari Pesona Pamulang kami mengambil jalan Curug kemudian
terus menuju Parung. Setelah melewati pasar parung kami lurus terus beberapa
kilometer kedepan. Dari jalan raya Parung – Bogor kami memotong jalan belok
kanan memasuki Perumahan Telaga Kahuripan. Jalanan cukup sepi dan lebar,
ditengahnya ada pembatas jalan. Kondisi jalan cukup lebar tetapi sedikit
bergelombang. Jalan seperti ini enak sekali untuk melaju dengan santai sambil
melepas kepenatan berkendara di kepadatan lalu lintas ibu kota.
Suasana jalan Telaga Kahuripan
Selepas Telaga Kahuripan kami
belok kanan melalui jalan dengan aspal hotmix yang kondisinya sedikit
berlobang. Perjalanan terus mengarah sampai bertemu pertigaan dan kami belok
kiri. Disini jalanan didominasi jalan beton tetapi banyak tanggul. Karena saya
menggunakan motor dual sport, tanggul tidak menjadi masalah bagi saya.
Kecepatan jelajah diatur oleh leader dengan kecepatan maksimum 60 km/jam. Pada
pertigaan selanjutnya kami belok kanan menuju arah Ciampea, rute jalan mulai
menanjak. Jalan terus berliku-liku menanjak sampai di pasar Ciampea. Pasar
macet total sehingga kami berbalik arah dan mencari jalan alternative. Leader
sudah cukup hafal jalanan sekitar Ciampea, akhirnya kami bisa melewati
kemacetan dengan cara memutar kea rah kanan pasar.
Setelah sekian lama melewati
jalan yang menanjak dan berliku-liku khas pegunungan akhirnya kami sampai di
Gerbang utama Gunung Bunder. Salah seorang rekan (bro Anwar) melakukan
pembayaran kolektif. Dari gerbang kami terus berkendara melewati jalan aspal
rusak berlubang, menanjak dan berbelok. Kiri kanan jalan ditumbuhi oleh pohon
Pinus, udara dingin dan sejuk.
Selang 10 menit menanjak
sampailah kami di sebuah warung dan kami memarkirkan kendaraan di warung
tersebut sekitar pukul 10.30, berarti perjalan kami dari rumah memakan waktu
sekitar 2 jam untuk jarak 50 km. Alangkah santainya kami hehe… Posisi warung
berada di sebelah kiri jalan. Warung dilengkapi dengan tiga buah saung bambu,
yang lantai saung ditinggikan dekitar 50 cm dari tanah dan dialasi dengan
karpet beludru warna biru. Langsung kami beristirahat sejenak sambil minum kopi
dan mulai sharing foto-foto selama perjalanan.
Puas berbagi foto dan mengobrol,
perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju kawah Ratu. Sebelum
berangkat kami membeli perlengkapan untuk bekal di atas berupa beberapa buah
roti dan gorengan. Perjalan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju pos
registrasi.
Berpose sebelum hiking menuju kawah Ratu
Saya tidak membawa perlengkapan
hiking karena saat berangkat dari rumah saya tidak mengetahui bahwa perjalanan
akan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju kawah Ratu. Pendakian ke kawah
Ratu adalah pendakian yang mengejutkan bagi saya karena selama ini saya belum
pernah naik gunung. Akhirnya saya ikut dengan rombongan menuju pos registrasi.
erjalanan menuju pos registrasi
bias dicapai sekitar 5 menit dengan berjalan santai.
Berpose di gerbang Pos Pasir Reungit
Mulai mendaki
Berpose di gerbang Pos Pasir Reungit
Setelah melapor dan membayar uang
masuk yang dibayar kolektif oleh pak Anwar kami memulai pendakian melewati
jalan berbatu yang disusun rapih dan di kiri kanannya dipagari dengan bamboo
yang dicat warna merah putih karena masih terkait momen perayaan HUT
Kemerdekaan RI ke 71.
Kami melewati jalur pendakian
sekitar ½ jam, kalau diberi skala 1 sampai 3 menuju puncak kami masih berada
pada posisi 1. Berhubung kurang persiapan maka pada pukul 12.30 diputuskan
untuk kembali turun, kemudian mampir untuk melakukan shalat Dzuhur dan berendam
sejenak sambil menetralkan nafas yang ngos-ngosan.
Mulai mendaki
Ceria |
Lagi asik mandi gerimispun turun,
kami buru-buru menutupi barang barang dan mengenakan jas hujan yang sudah
dipersiapkan di ransel kami masing-masing. Cuaca di gunung bisa berubah kapan
saja, hal ini sudah kami antisipasi dengan jas hujan di dalam ransel
masing-masing. Perjalanan kembali dilanjutkan sambil ditemani hujan. Karena
trek menjadi licin salah seorang teman kami pak Ilyas terjatuh. Syukurlah tidak
ada cidera.
Sekitar pulul 14.00 kami sampai
kembali di warung posko awal, disitu kita makan siang sambil beristirahat.
Setelah merasa cukup beristirahat, saatnya melanjutkan perjalanan pulang menuju
Pesona Pamulang. Perjalanan pulang ditemani hujan gerimis.
1 comment:
WAAAAA
Post a Comment